Langsung ke konten utama

Vino Anak Nakal (2)


Mendengar cerita kakakku, aku ngebayangin film sok action Indonesia yang suka main tawuran.
“Makanya setelah itu A jadi galak kalau sama Vino, padahal sama Dhira, baik banget.”
Ckck, saya masih keheranan mendengarnya. Setengah tak percaya, tapi kalau saksi mata ibu-ibu tetangga gang Ulin, gak mungkin bohong berjamaahkan?
“Lah…kok bisa sih anak kecil udah begitu-begituan?”
“Ah, paling karena film,” kakak saya pergi sebentar ke dapur.
“Orang tuanya juga salah, harusnya diawasi anaknya! Ibunya juga salah.”
Aaaa kebanyak kata salah kakak ku ini. ˘_˘
“Soalnya ibuknya ini sering mukul si Vino kalo dia nakal atau salah. Dari kecil aja udah diajari mukul ya jadinya begitu anaknya. Salah orang tua kan! Jadi kasian anaknya kalo besar gak punya teman.”
Iya sih, memang salah orang tua ketika anak bandel, nakal, dan tidak menurut. Karena anak akan bercermin dari apa yang dilakukan orang tua padanya. Jelas sudah sekarang kenapa Vino nakalnya udah seperti penjahat yang siap memangsa A.
Artinya, bukan Vino saja yang seharusnya dimusuhi tetangga, tapi ibunyalah yang harus di peringatkan.
Menurut saya, orang tua adalah kunci kehidupan anaknya untuk besok. Apa yang dimakan, yang dilihat, diajarkan, adalah hal yang perlu di perhatikan orang tua. Jadi, orang tua ataupun kita sebagai calon orang tua, paling tidak bisa mengambil pelajaran dari cerita kakak saya itu. Jangan melakukan kekerasan pada anak kalau tak ingin anaknya suka tawuran. Jangan suka berteriak pada anak karena itu juga gak bagus.
Sebaiknya ajarkan anak mengatakan hal-hal buruk. Jangan menanyakan, “adik belom sholat kan?” tapi “adik sudah sholat kan?”
Intinya memang pertanyaan yang sama, tapi ketika saya praktekan ke adik saya sendiri, memang dia akan lebih menghargai dan bernada positif. Ah susah menjelaskannya. Pokoknya, dalam komunikasi itu, dua kalimat tersebut akan berefek beda pada kepribadian. (dalam kuliah komunikasi smt kemarin itu, hehe).
Yah, begitulah. Meskipun saya masih mahasiswa, tapi ada kalanya saya beropini dan menuliskan sesuatu yang sementara ini saya anggap baik untuk pembaca.

Thanks guys, diterima dengan terbuka komengnya. Siapa tahu bisa menjadi pelajaran buat yang lainnya. Suwun.

Nima_

Komentar

  1. kebaikan insya Allah berbuah kebaikan,
    contoh positif kan menghasilkan hal yang bersifat positif, demikian juga sebaliknya :)
    sangat setuju :)
    kehidupan ibarat kita mengendari sebuah kendaraan menempuh satu perjalanan, dan jalanan hanya memiliki dua pilihan, belok kiri atau belok kanan, kemanapun arah kendaraan akan berbelok semua keputusan berada pada yang memegang kemudi
    :) artikel yang sungguh menarik..terimakasih sudah berbagi...salam

    BalasHapus
  2. iyya sama-sama...alhamdulillah berguna :)

    BalasHapus
  3. pelajaran sebagai orang tua..
    Thanks sharingnya.. Dan kunjungan blognya..
    Blognya aku follow ya.. Klo berkenan difollow balik..^^

    BalasHapus
  4. ummi : iyya sama2 mbak... cuma sharing pengalaman sajaa...
    okke, sya folbek :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini :)

Postingan populer dari blog ini

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa provide

Permainan

Sebenernya aku mendengar, tapi aku pura-pura. Hingga aku dipanggil dan oranglain mengulangi ucapanmu. Memastikan, benar kamu yang mengatakan. Aku menatapmu sambil tertawa. Seperti biasa. Sungguh, aku tak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa pura-pura dan berpaling. Sejak tau bahwa kamu mulai berani bermain. Permainan yang tak bisa kuhindari. Yang harus aku hadapi. Tanpa tau siapa yang akan menang. Jika keduanya, semoga bahagia. Pojok Lt.2 Kantor, 14/03/19

WASIAT

Disela waktu mengerjakan skripsi begini , saya ingat beberapa tugas semester-semester muda dulu. Entah kenapa tugas-tugas dulu itu selalu asik apalagi tugas kerja kelompok. Bagaimanapun juga, sesulit-sulitnya tugas jaman dulu, menurut saya lebih menyenangkan daripada hanya mengerjakan tugas didepan laptop, dengan buku disamping kanan kiri, atau diperpus, dengan jumlah buku lebih banyak dikanan kiri saya, tanpa teman ngobrol, tanpa menggunakan skill lain kecuali ngetik. Its truly, definitely membosankan guys! Makanya saya sampai sempet nulis begini diwaktu merevisi BAB I dan II. Dan inilah beberapa tugas yang menurut saya tugas tugas yang menyenangkan dan justru materi kuliah bisa saya ingat sampai detik ini karena tugasnya seperti ini, membuat video! Video ini dibuat saat kuliah Communication cross culture. Gitulah, gayanya mata kuliah bahasa enggres dan kelasnya kelas enggres, dosennyapun lulusan Eropa, sayangnya selesai semester dua kuliah berbahasa Indonesia :D Video pertam