Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

JARAK

Aku menciptakan jarak Jarak yang cukup jauh jika harus ditempuh hanya untuk bertemu Semakin jauh jaraknya, semakin jauh setannya, semakin jauh maksiatnya Aku menciptakan jarak lagi Jarak jauh bukanlah kendala selama ada smartphone dan social media Tapi aku bisa menciptakan jarak pada waktu Dan aku tetap menciptakan jarak lewat waktu Membatasinya pada waktu tertentu Memangkas intensitas komunikasi dari harian ke mingguan dari mingguan ke bulan Lalu hanya pada saat saling membutuhkan Bukan hal yang mudah Tapi Tuhan membantuku menjauh Menjauhkan jarak dan waktu Menjauhkannya dariku -Doa-

Melepas Rasa

Terkadang, apa yang dicintai bukan yang baik untuk dimiliki Seringkali, mencintai apa yang dimiliki justru lebih berarti

Keluar dari Zona Nyaman

Genap 5 pekan saya meninggalkan Jakarta dan tinggal di Pulau Sumatera. Tepat sebulan setelah pindah, saya punya kesempatan kembali ke Jakarta karena tugas dadakan. “Akhirnya bisa pulang.” dalam hati sambil bersyukur. “Sebulan disana, terasa sebentar atau lama, Nima?” tanya Pak E saat makan malam setelah akhirmya bisa nginep. “Lama Pak E.” “.... (lagi ambil tissue) kata orang, biasanya kalau terasa sebentar karena merasa enjoy. Ini kok kamu terasa lama.” “Masih belum betah Pak E. Soalnya Nima ga punya temen.”

Berkomunikasi dengan Tuhan (?)

Sudah biasa, memperkenalkan diri --sebagai "anak bungsu" dikantor-- kepada client atau customer kemudian mereka sedikit heran (mungkin kagum wkwk) dengan background kuliah yang bukan keluarga teknik dan turunannya bisa bekerja di perusahaan ini, apalagi bagian equipment. Bisa dihitung berapa biji perempuannya, fyi, di cabang Palembang hanya satu orang, dan itu saya sendiri, mengurus bagian marketing & operation equipment perusahaan pelayaran. Jurusan Ilmu Komunikasi apalagi dengan peminatan marketing & advertising , rasanya masih sangat wajar. Diluar itu semua, hasil kuliah 3 tahun 11 bulan (sampai skripsi) atau bahkan mau kuliah 10 tahunpun, komunikasi adalah sebuah skill, tanpa kuliahpun seseorang bisa berkomunikasi lebih baik daripada sarjana komunikasi. Syukurnya, saya tidak membuat malu diri sendiri sebagai sarjana komunikasi. Sayangnya, saya justru malu kepada diri sendiri!

Pindah (Lagi), 2015!

Coba tebak, siapa yang bisa move on dengan cepat dari Malang? Sebagai kota idaman para mahasiswa dan backpaker khususnya, serta pendaki gunung, pesona Malang pasti menjadi daya tarik. Apalagi mie tarik tofu (endorsement gratis) dan kuliner-kuliner juara beserta cafe yang berjejer dari ujung suhat sampe terusan borobudur, juara pokoknya! Yah, meskipun aku belum selesai mengelilingi Malang dan semua daerah wisatanya, aku masih belum bisa move on setelah 7 bulan lebih meninggalkannya. Ranukumbolo, August 2014 copyright: @17nima

Anak Rantau

Beberapa kali sakit ternyata ga membuatku selalu mundur. Dalam satu semester ini adalah kondisi terparah tapi ada sedikit kebahagiaan didalamnya. Beberapa sakit ringan seperti flu dan meriang, dan sekali sakit yang harus minum obat segaplek (tambah sakit karena ngeliat tumpukan obatnya). Lalu, beberapa hari ini, mulai meriang-meriang dan kondisi perut semakin parah diserta flu dan radang tenggorokan. Aku jadi merasa seperti seorang pesakitan! Disudut ruang kantor, aku mulai mikirin beberapa penyebabnya