Langsung ke konten utama

Take my soul!

Akhir akhir ini saya selalu melankolis. apa-apa saya pikirkan bukan dengan otak tapi sedikit-sedikit berkilah karena perasaan yang mengatakan demikian. lalu jurus jitu saya keluar, "perasaan saya selalu benar": dan tak ada yang membantah kalau sudah demikian adanya. lalu muncullah sifat keras kepala saya yang gak bakalan bisa di intervensi siapapun kalau sudah ngeyel begitu.
anehnya, saya sendiri tidak percaya dengan diri saya. mau saya benar 100 persen dan ngotot pendapat saya yang paling benar, kebenaran yang bisa saya rasakan hanyalah seperempat dari total semua energi saya.

saat saya ingin mengambil keputusan terbaik, ternyata langkah saya bukanlah untuk keputusan terbaik. saya seolah olah kehilangan jiwa dan raga saya, terpisah dari otak dan hati. tak mampu merangkul keempatnya untuk menjadi komponen utuh layaknya sebuah mesin yang berjalan semestinya.
buktinya, malam ini seolah-olah saya hanyalah raga yang bersandar tanpa nyawa di kamar,



menanti sesuatu yang kadang hanyalah mimpi yang entah benar benar bisa aku gapai atau memang hanya akan menjadi mimpi saja di kamarku...




bisa jadi, mimpi mimpi yang sudah saya tempel dikamar itu nantinya hanya akan menjadi sampah belaka...saya lepas dari dinding, saya remas dan saya lempar ke tongsampah...




sudah saya bilang, pikiran saya akhir-akhir ini melankolis....biarlah...mau melankolis, koleris, plegmatis, yang penting bukan sanguin...karena bagi saya, apapun yang terjadi nanti, besok dan kedepannya hanya Allah yang tau...
masalahnya, kalau saya terus-terusan begini tanpa adanya semangat juang seperti jaman-jaman kemarin rasa-rasanya hidup itu mentah...enak?  enggak. gak enak tapi tetep harus dimakan juga....
seandainya ada kantin kebahagiaan, ah...bukan, kantin semangat atau kantin kehidupan...saya akan membelinya dan menyetoknya hingga waktu yang tak terbatas meskipun umur saya akan terbatas...
Lalu, saya ingat tulisan teman saya, ada dua hal yang membuat kita menulis bagus pertama ketika sedang jatuh cinta, kedua ketika patah hati (dari Raudha) sayang, gak cuma tulisan, semangat pun ikut memudar ketika tidak sedang jatuh cinta...
Hidup tanpa semangat seperti kehilangan separuh jiwa..sungguh!


Usahlah berpikir jauh, mau apa saya sekarang pagi ini tanpa semangat?
NOTHING!
and I was NOTHING without my spirits!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa pro...