Langsung ke konten utama

Tired of Drama



Sengaja saya publish keinginan saya di twitter semalam. Saat mempublish keinginan saya itu, saya menjadi semakin yakin bahwa saya ingin melakukan perubahan. Baik perubahan dari dalam maupun dari luar. Keinginan saya ini sebenarnya sudah datang sejak lama, hanya saja entah apa yang terjadi saya benar-benar berani mengungkapkannya semalam.
Berusaha menjadi wanita: Ga pulang malem (atau bahkan pagi buta) lagi.
Ketika ada agenda, baik itu organisasi ataupun ngumpul bareng teman tidak jarang saya pulang lebih dari jam 10 malam. Sebelum libur semesteran, saya berniat untuk tidak lagi pulang selarut itu (lebih dari jam 10). Alhamdulillah, sekarang kosan tutup jam 10 malem, itupun hanya orangnya yang bisa masuk. Motor gak bisa.


Berusaha menjadi wanita baik: Ga nyepik dan ngegombal kecuali dengan teman dekat spt Tica dan Nawang apalagi cowok-cowok. Ini hukumnya wajib dan masih saya upayakan.
Berusaha menjadi wanita anggun: Ga jutek apalagi dengan tukang angkot dan cowok yang baru dikenal. Let it flow.
Berusaha jadi wanita normal: Agak jaga image di FB. Bukan bermaksud pencitraan, tapi lebih ke be the best of myself!
Sebenarnya, hal-hal diatas bukan sebagai parameter. Tetapi, ada hal-hal yang tidak bermanfaat yang harus saya hilangkan menurut saya. Jadi jangan dicontoh.

Dan setelah saya mempublish hal tersebut. Pagi ini saya benar-benar merasa terpukul. Terpukul dengan kenyataan yang disampaikan oleh teman saya satu kelas. Jujur saja, hari ini adalah hari pertama saya kekampus bersama teman-teman setelah tidak masuk 2 minggu. Sehingga banyak temen yang baru saya lihat hari ini. Dan betapa kagetnya saya ketika melihat teman saya sudah berubah penampilannya. Saya benar-benar ga menyangka kalau itu teman saya. Benar-benar pangling.
Kenapa? Jilbabnya, cara berpakaiannya.
Ketika saya bertanya, apa yang membuatmu berubah seperti ini? kamu benar-benar sudah jadi ukhti-ukhti, ucap saya.
“Ngelihat temen-temen dulunya biasa sekarang banyak yang pake kerudung, aku udah pake jilbab dari SMA dan hanya begitu-begitu saja, seolah tak ada peningkatan.”
Maka saat ia mengatakan kalimat tersebut, terpukullah hati saya. Benar-benar terpukul dan saya ingat kembali masa-masa smp dimana saya pernah merasa sangat sangat dekat dengan Allah. Saat dimana saya banyak menghafal Al-Qur’an, saat saya tahu bagaimana pelajaran akidah akhlak ditegakkan. Lalu saya kehilangan semuanya saat kuliah. Saat dimana saya benar-benar merasakan hidup itu untuk beribadah, berteman, bermain, bersenang-senang. Saat dimana saya mendapatkan banyak kebahagiaan.
Ketika menyadari kebahagiaan itulah, saya ingat bahwa kehidupan saya saat ini hanya dipenuhi oleh drama. Drama yang saya perankan dengan scenario yang saya siapkan sendiri dalam skrip yang tersimpan di memori. Menyadari itu, saya merasa capek dengan drama-drama yang saya buat. Saya ingat dan saya iri terhadap diri saya saat smp dulu. Saat saya dimanjakan dengan sejuta kebahagiaan dan ujian.
Gambar dari sini

Saya mengakui, saya sangat sangat sangat malu dengan teman saya itu. Sangat malu. Dan setelah menyadari semuanya, saya menjadi semakin yakin dan mantab, bahwa saya memang sudah sangat capek dengan drama ini. Sudah saatnya saya menghapus dan merubah hal yang tidak bermanfaat dalam hidup saya.
Jika hari ini lebih buruk dari pada kemarin maka rugi, jika hari ini seperti kemarin maka rugi, dan jika hari ini lebih baik dari kemarin maka beruntung.
Maka kembali terpukullah hati saya, karena bukannya saya lebih baik ternyata saya mengalami penurunan. Termotivasilah saya untuk meningkatkan amal dan ibadah saya, lebih banyak tersenyum, lebih banyak bersedekah dan lebih banyak berdoa.

Bukan hanya move on, lebih dari itu, saya ingin move up. Kembali dengan kehidupan yang sesungguhnya, bukan drama-drama settingan.

Nima, 23 September 2013

Komentar

  1. Saya juga iri dengan diri saya pas waktu SMP...benar-benar dekat, insyaalloh, dengan Alloh waktu itu...
    Sekarang lagi mulai lagi untuk ke arah yang benar, tapi pelan-pelan dan istiqomah. Semoga kita khusnul khotimah ya...Aamiin...

    itu gambar yang pertamanya suka saya, Lucas Till di v-klipnya Taylor Swift - You Belong With Me...sotoy..hihi

    BalasHapus
  2. Amiin...
    berarti senasib yak T_T


    Iya bener kok hahahaha,
    saya suka ekspresinya pas itu, jadi dipake aja hahaha :D

    BalasHapus
  3. berani move on nih ceritanya

    BalasHapus
  4. Ketika wanita telah beranjak dewasa.. beginilah

    BalasHapus
  5. satu cerita denganku,,merasa sekarang kok gak kaya wakltu SMA,,dulu rajin di kegiatan kerohanian,,tapi sejak di kampus takut ikut kajian karena awal2 masuk udah di doktrin ttg aliran2 gak jelas,,wal hasil sekrang harus berbenah lagi setelah lulus kulia,,moga bisa sama2 istiqomah :))

    suka sama gambarnya yg di videoclip you belong with me,suka lagunya jg,hehe :p
    salam dari EPICENTRUM
    mampir ya kakaak :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini :)

Postingan populer dari blog ini

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa provide

Permainan

Sebenernya aku mendengar, tapi aku pura-pura. Hingga aku dipanggil dan oranglain mengulangi ucapanmu. Memastikan, benar kamu yang mengatakan. Aku menatapmu sambil tertawa. Seperti biasa. Sungguh, aku tak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa pura-pura dan berpaling. Sejak tau bahwa kamu mulai berani bermain. Permainan yang tak bisa kuhindari. Yang harus aku hadapi. Tanpa tau siapa yang akan menang. Jika keduanya, semoga bahagia. Pojok Lt.2 Kantor, 14/03/19

WASIAT

Disela waktu mengerjakan skripsi begini , saya ingat beberapa tugas semester-semester muda dulu. Entah kenapa tugas-tugas dulu itu selalu asik apalagi tugas kerja kelompok. Bagaimanapun juga, sesulit-sulitnya tugas jaman dulu, menurut saya lebih menyenangkan daripada hanya mengerjakan tugas didepan laptop, dengan buku disamping kanan kiri, atau diperpus, dengan jumlah buku lebih banyak dikanan kiri saya, tanpa teman ngobrol, tanpa menggunakan skill lain kecuali ngetik. Its truly, definitely membosankan guys! Makanya saya sampai sempet nulis begini diwaktu merevisi BAB I dan II. Dan inilah beberapa tugas yang menurut saya tugas tugas yang menyenangkan dan justru materi kuliah bisa saya ingat sampai detik ini karena tugasnya seperti ini, membuat video! Video ini dibuat saat kuliah Communication cross culture. Gitulah, gayanya mata kuliah bahasa enggres dan kelasnya kelas enggres, dosennyapun lulusan Eropa, sayangnya selesai semester dua kuliah berbahasa Indonesia :D Video pertam