Langsung ke konten utama

Bagian sedih dari postingan sebelumnya

Lagi lagi tulisan ini hanyalah tulisan ringan tapi berat maknanya *lebay* intinya sih, curhat lagi. Karena liburan begini, sau-satunya hal yang bisa saya ajak curhat dengan setia hanyalah blog satu ini.

Cerita ini lanjutan dari postingan sebelumnya

Dipostingan sebelumnya, saya menulis

Meskipun saya tak pernah berani mengambil resiko untuk menyukaimu, apalagi mengatakan padamu, paling tidak kamu tau kalau aku berharap bisa mencintaimu dengan sederhana


Lalu, ada yang mengatakan dengan membaca tulisan-tulisan saya orang-orang menganggap bahwa mereka mengerti dan mereka memahami. Tapi apakah mereka akan mengerti kalau saya tidak menceritakan semuanya dan hanya sebagian kebahagiaan saya itu? Lagi pula kalaupun mengerti, saya gak butuh pengertian apalagi kasihan. Saya hanya butuh puk puk hahahah.... Saya hanya butuh didengarkan. Itu saja kok.

Jadi sampai sebesar (read: umur 19 tahun) ini, saya hanya bisa berharap dan cukup dengan harapan saja karena saya sudah tau jawabannya “expectation violence”.
Kenapa bisa keluar teori itu? Karena hidup saya sebenarnya banyak rumus ahahahah. Bahkan sampai saya berumur 20,21,22,23, sampai menemukan yang lain, dan sebelum menikah, hanya akan muncul kata harap. Karena, pertama saya hanya bisa berharap. Kedua, wanita idamannya (dari yang selama saya perhatikan dan saya pantau, semua mantannya rata-rata seperti ini) matre feminim banget, cantiknya wanitanya itu seperti wanita-wanita yang pantas masuk majalah gadis dan sejenisnya. Fakta yang ada adalah, saya sangat berbanding terbalik dengan statement saya diatas, saya dilahirkan dengan wajah ganteng T_T (ini salah satu kelemahan punya wajah ganteng). Ketiga, tipe cewek yang mau di ajak pacaran dalam waktu yang tidak ditentukan kapan putusnya baik putus hubungan sama sekali atau putus pacar dilamar jadi istri. Hal ini juga kebalikan dari saya karena saya gak mau digantungkan jadi pacar untuk waktu yang tidak tentu (apasih mauku hahah). Bukannya gitu, saya gak mau rugi aja kalo misal pacaran lama-lama tapi ujung-ujungnya putus hubungan begitu saja, kan sayang banget perjuangannya. Iya gak sih? Keempat, dia sudah menikah. Ini bukan alasan terakhir tapi cukup untuk mengakhiri semuanya.

Rupanya, saya pernah mengalami hal terburuk selain saat kecil ketakutan setengah mati dan berminggu-minggu tak bisa tidur dengan tenang. Ya, ketika kami chat di FB dan dia mengundangku di pernikahannya secara langsung dengan ekspresi nonverbalnya yang sangat bahagia. Dimana ketika membaca chatnya dan undangan pernikahannya jantung saya berdetak sampai saya bisa mendengarnya, airmata sudah dipelupuk tapi tertahan sesuatu yang berat dipikiran saya dan dihati saya. Baru di hari itu setelah tujuh tahun lamanya saya merasa saya punya hati. Dan sejak itu pula saya merasa bahwa saya sudah tak punya hati. Oke, dan saya menuntut orang-orang yang menganggap mengerti rasanya saya saat itu padahal mereka belum pernah merasakannya.

Mungkin beda ceritanya kalau antara lelaki dan perempuan tak pernah ada hubungan, ya iyasih saya gak ada hubungan apa-apa, tapi dia tahu dengan jelas. Tahu dengan jelas bahwa saya menyukainya sampai detik itu. Bahkan saya pernah dekat dengannya dalam waktu yang cukup lama.

Lantas, setelah itu, dan setelah pernikahannya berlangsung, saya berusaha tetap tenang dan berpikir bahwa meskipun saya tidak bisa menjadi istri pertamanya, saya bisa menjadi istri terakhirnya. Entah istri kedua atau ketiga atau keempatnya. Bahkan saya berusaha menjadi sefeminim mungkin (dulu). 

Optimis banget kan saya? Bukan! Ini namanya BODOH!
Dan saya menyadari itu ketika semuanya sudah berakhir! Paling tidak, setelah semuanya berakhir masih ada satu yang membekas, saya sudah benar-benar tau bagaimana seharusnya menjadi wanita anggun mwahahahaha *plak.




Lalu, setelah tau dia sudah menikah apalagi yang bisa saya lakukan selain pernah berharap? Jujur saja, saya tak pernah menyesali ini. sama sekali. Karena justru, dengan pernah ditinggal oleh orang yang 7 tahun saya harapkan, memberikan jawaban pasti bahwa dia bukan jodoh saya. 7 tahun menunggu brooi T_T. sampek bosen hidupku dan ga ngintip cowok lain.
Dan sudahlah, jangan berlebihan dengan mengasihani saya. Karena kebodohan saya sudah berawal dari 7 tahun lalu karena tak mau mengatakan padanya secara langsung harapan saya padanya.

Dan ini, cukup kamu (pembaca posting yang budiman), sahabatku dan teman dekatku yang tau. Setelah ini, berilah saya pukpuk. Cukup dengan puk puk maka saya sudah cukup merasa tenang karena ada yang membaca, bukan karena dikasihani mwahahahah.

Jadi, semua ini hanya tentang harapan yang saya tulis dipostingan sebelumnya. Sampai detik ini, saya hanya cukup menunggu dan mencari lelaki mana yang benar-benar jodoh saya. Hanya mampu berharap Allah bisa memberi yang terbaik dan sepadan dengan saya. Kalau perlu seperti yang saya harapkan, Luffy D. Monkey, nyeheheh.


Luffy, Marry me! Marry me! Marry me!!!!

Intinya, mencintai tak harus memiliki *cieeh. Tapi benar, siapa tau dapat yang lebih baik kan gak nyesel, ya kan? Ya kan?



Well, selamat mencintai pasangan anda sementara saya hanya bisa jadi penonton, semoga saja bukan penonton setia.

Komentar

  1. Cerita kehidupan yang menginspirasi kita semua. Terimakasih mbak sudah sharing pengalaman yang sangat menarik :)

    Izin follow blog nya ya. Jangan lupa follow back hehehe ^^

    BalasHapus
  2. hhmmm lagi galau nih mbak.. semoga mbak nima mendapatkan lelaki yang bisa mendekatkan mbak nima dengan tuhan.. amin.. kisahnya bisa di ambil hikmahnya mbak.. buat pelajaran kita semua..

    BalasHapus
  3. Mas Nady: engga galau juga sih mas. udah sembuh galaunya. cuma baru crita aja. Hahah, Amiin amiin

    BalasHapus
  4. Hemm, keep smiling mbsk ... :D .. Ijin Pollow ...

    BalasHapus
  5. pengen pukpuk, tp sy juga masih dlm tahap menata pertanyaan.. "bagaimana rasanya ditinggal menikah" dengan kasus yang hampir sama dg di atas.... *salam kenal.. ^_^

    BalasHapus
  6. hmmm kata-katanya dalem banget

    BalasHapus
  7. Lintang Latisha : hancur sehancur hancurnya, hehe. sampe merasa gak punya hati lagi nananana

    Vina Devina: T_T

    BalasHapus
  8. wah ini kisahnya gak kalah mengharukan,,kata2nya begitu dalam dan mengena :'(

    makasih ya dah mampir ke blog aku..
    izin folow blognya,,sama di folbek juga ya ^_^
    makasih..^_^

    BalasHapus
  9. nima, jadi kamu pernah punya pikiran di poligami?? :O :O

    sini nim aku puk-puk *peluk erat juga deh buat bonus*

    BalasHapus
  10. Rau rau: Rau ga usah diperjelas Gitu juga Kali rauuu ».«
    makasiiih rauu づ ̄ ³ ̄)づ

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini :)

Postingan populer dari blog ini

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa provide

Permainan

Sebenernya aku mendengar, tapi aku pura-pura. Hingga aku dipanggil dan oranglain mengulangi ucapanmu. Memastikan, benar kamu yang mengatakan. Aku menatapmu sambil tertawa. Seperti biasa. Sungguh, aku tak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa pura-pura dan berpaling. Sejak tau bahwa kamu mulai berani bermain. Permainan yang tak bisa kuhindari. Yang harus aku hadapi. Tanpa tau siapa yang akan menang. Jika keduanya, semoga bahagia. Pojok Lt.2 Kantor, 14/03/19

WASIAT

Disela waktu mengerjakan skripsi begini , saya ingat beberapa tugas semester-semester muda dulu. Entah kenapa tugas-tugas dulu itu selalu asik apalagi tugas kerja kelompok. Bagaimanapun juga, sesulit-sulitnya tugas jaman dulu, menurut saya lebih menyenangkan daripada hanya mengerjakan tugas didepan laptop, dengan buku disamping kanan kiri, atau diperpus, dengan jumlah buku lebih banyak dikanan kiri saya, tanpa teman ngobrol, tanpa menggunakan skill lain kecuali ngetik. Its truly, definitely membosankan guys! Makanya saya sampai sempet nulis begini diwaktu merevisi BAB I dan II. Dan inilah beberapa tugas yang menurut saya tugas tugas yang menyenangkan dan justru materi kuliah bisa saya ingat sampai detik ini karena tugasnya seperti ini, membuat video! Video ini dibuat saat kuliah Communication cross culture. Gitulah, gayanya mata kuliah bahasa enggres dan kelasnya kelas enggres, dosennyapun lulusan Eropa, sayangnya selesai semester dua kuliah berbahasa Indonesia :D Video pertam