Langsung ke konten utama

Vino Anak Nakal (1)


Saya teringat beberapa hal yang kadang salah dilakukan orang tua pada anak setelah melihat anak tetangga kakak saya di Ungaran, Semarang waktu liburan di sana. Awalnya saya tertarik padanya karena dia good looking, kulitnya putih bersih dan wajahnya tampan. Tapi semua image yang barusan saya berikan itu roboh ketika saya tahu apa yang biasa dia lakukan pada anak-anak lain. Intinya, dia memang nakal. Kata orang tua, wajar kalau anak laki laki nakal. Tapi tidak wajar menurut saya, kalau bandel, bolehlah dianggap wajar. Apalagi nakalnya anak tersebut benar-benar keluar dari konteks nakalnya seorang anak berumur 3 tahun.
Pertama kali saya mendengar apa yang dilakukan tetangga-tetangga sebelah kalau anaknya bertemu dengan anak lelaki itu, sebut saja Vino. Ibu-ibu melarang anak-anak mereka main dengan si Vino, alasannya, kata kakak saya sih, “Dia nakal banget, kalau mau pinjem barang pokoknya harus menang. Tapi kalau anak lain yang pinjem, masyaAllah pelitnya. Bahkan disentuh saja gak boleh. Tapi dia sukanya pamer.” Begitulah cerita kakak saya.
Haha, saya benar benar menahan ketawa, kenapa? Itukan hal yang biasa, adik saya saja sukanya begitu, pelit kalo barangnya dipinjem. Tapi sukanya pamer.
Tapi hari-hari kemudian saya dipesan sama suami kakak saya ketika mengajak anaknya yang baru berumur 1 tahunan keluar rumah untuk main. Ketika itu ada si Vino yang juga sedang main diluar.

Mas saya berbisik, “Dhek, dhek Dhira (anak kakak saya) ajak masuk saja. Jangan boleh main sama Vino, dia nakal banget soalnya.”

Hemh, saya jadi mulai penasaran dengan kelakuan anak tetangga sebelah itu. Kok bisa-bisanya mas saya yang bekerja sebagai guru dan punya anak pintar seperti dhek Dhira berkata demikian, bukankah seharusnya guru yang pintar memperbolehkan anaknya main dengan siapa saja biar belajar sosialisasi.
Anehnya, dhek Dhira malah jalan sendiri menghampiri rumah si Vino. Emang mungkin bener ya, kalau kejahatan kejelekan itu sangat menggiurkan bagi anak kecil. Tapi langsung saja saya angkat ke rumah meskipun sedikit rewel, karena amanat. Sebenarnya saya penasaran dan ingin membiarkan dhek Dhira meghampirinya, trus apa yang akan dilakukan si Vino pada Dhira, ah tapi ini amanat, ingat Nima, AMANAT!

Lalu saya bukakan buku alphabetnya supaya diam. Kakak saya baru selesai sarapan waktu itu, langsung saya tanyai.
“Mbak, mas tadi nglarang dhek Dhira main sama si Vino. Emang nakalnya seperti apa?”
“Iyo! Jangan dibiarkan main sama dia. Kalaupun main bareng pas sore-sore harus diawasi terus.”
“Lha??” saya malah kaget dan semakin penasaran.
“Dia itu sukanya menganiaya teman-temannya. Dia gak ragu-ragu nonjok si A yang rumahnya depannya itu sampai jatuh ke jalan. Dulu aja pernah pas Vino main ke rumah A dia mendorong A dari depan pintu, kan pintunya bertangga, jadi jatuhnya agak tinggi, tapi untungnya bukan kepalanya yang jatuh duluan. Tapikan kalo anak kecil mesti rasa sakitnya kerasa banget.”
Hah? Busyet, lalu saya menanyakan berapa umur si A, katanya keduanya seumuran.
Karena A sering di aniaya sama Vino, tetangga-tetangga sebelah selalu mengajari A untuk membantah dan melawan, padahal asalnya A anak yang pendiam dan bila dinakal i dia Cuma diam trus pulang ke rumah, atau menangis saja. A diajari untuk menolak Vino ketika ia main ke rumahnya. Kakak saya pernah dengar, “Sana pulang sana! Gak usah ke sini!” begitu teriakan si A itu.

Sebelum A berani membentak Vino, ada satu kejadian yang membuat tetangga naik pitam. Begini cerita kakak saya, “Dulukan Vino dan A memang sering main bareng karena seumuran. Tapi sekarang gak boleh main sama neneknya si A. Vino kan dulu pernah mukuli si A, mending kalo mukuli cuman di keplak atau di cubit. Tapi anak sekecil itu sudah main tonjok. Si A udah tersungkur di depan rumahnya dan cuman nangis. Gak tau kenapa Vino melakukan hal keji itu, tapi neneknya A langsung melihat dan berusaha melerai. Tapi apa daya si nenek (padahal menurutku masih kuat kalau menarik si Vino) justru malah kena jambak dan gigitan. Kena tonjokan si Vino juga. Trus neneknya teriak-teriak ‘Toloong, tolooong!’ Nah tetangga-tetangga itu dengar, makanya mereka kaget ngliat nenek A dijambak begitu, mereka langsung menarik Vino. Misalnya neneknya gak nolongin, bisa mati di tempat si A kalo ditonjokki seperti itu. Ngeri banget pokoknya.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

6 Pertanyaan Muhasabah Imam Ghazali

Pertanyaan ini disampaikan oleh Imam Ghazali kepada siswa-siswanya dan semua jawaban siswanya benar tetapi kurang tepat bagi Imam Ghazali, pertanyaan tersebut adalah: 1. Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini? Kematian dalam Q.S Ali Imran: 185 "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. kehidupan di dunia hayalah kesenangan yang memperdaya." Kenapa kematian? karena kita tak ada yang tahu, kapan kita mati. Entah  5 menit lagi, 10 menit lagi..kapanpun itu. 2. Apa yang paling jauh dengan kita di dunia ini? Masa Lalu karena kembali ke masa lalu adalah sesuatu yang tidak mungkin kecuali dengan laci nobita dan mesin waktu Doraemon. 3. Apa yang paling besar di dunia ini? Hawa Nafsu Sama halnya dengan teori permintaan dan penawaran. demand akan selalu naik karena kebutuhan manusia ...