Langsung ke konten utama

Berkomunikasi dengan Tuhan (?)

Sudah biasa, memperkenalkan diri --sebagai "anak bungsu" dikantor-- kepada client atau customer kemudian mereka sedikit heran (mungkin kagum wkwk) dengan background kuliah yang bukan keluarga teknik dan turunannya bisa bekerja di perusahaan ini, apalagi bagian equipment. Bisa dihitung berapa biji perempuannya, fyi, di cabang Palembang hanya satu orang, dan itu saya sendiri, mengurus bagian marketing & operation equipment perusahaan pelayaran. Jurusan Ilmu Komunikasi apalagi dengan peminatan marketing & advertising, rasanya masih sangat wajar.

Diluar itu semua, hasil kuliah 3 tahun 11 bulan (sampai skripsi) atau bahkan mau kuliah 10 tahunpun, komunikasi adalah sebuah skill, tanpa kuliahpun seseorang bisa berkomunikasi lebih baik daripada sarjana komunikasi. Syukurnya, saya tidak membuat malu diri sendiri sebagai sarjana komunikasi. Sayangnya, saya justru malu kepada diri sendiri!

Membuat alur komunikasi, menerapkannya, mengeksekusinya, menemui customer, mengajak mereka ngobrol dan makan supaya volume dinaikkan, minta ke bos banyak hal, dan lain-lain lebih mudah untuk dilakukan (meskipun belum bisa melakukan semuanya) dibandingkan berkomunikasi dengan Tuhan. Padahal, Tuhan sangat dekat dengan hambanya, hanya dengan mengingatNya, Ia akan mengingat kita (Al-Baqarah:152). Tapi rasanya, berkomunikasi denganNya tidak semudah yang saya ingat.

Saya pernah merasa sangat dekat dengan Tuhan, sangat mudah berkomunikasi denganNya. Meminta kemudahanNya untuk beramal dan mengerjakan urusan dunia lebih mudah daripada meminta bantuan ke keluarga, teman atau siapapun. Saya bisa benar-benar merasakan nikmatnya iman kepada Allah SWT, mencintai Allah dan Rasul, mencintai sesamanya karenaNya, dan membenci kebatilan sebagaimana membenci neraka (H.R. Bukhari). Kehilangan kedekatan dengan Tuhan adalah penyesalan terparah. Ada yang salah? Iya, diri sendiri dan susah menemukan ada dimana saja letak kesalahan itu. Rasanya lebih buruk dari kehilangan customer yang menopang hidup perusahaan karena kesalahan sendiri, dan saya sedang mengalaminya di cabang lain.

Saya ingat beberapa hari lalu, 3 hari lalu tepatnya, saya melakukan kesalahan yang saya tahu kalau dilakukan salah! Seperti soal matematika, saya tau 1+2=3, tetapi saya jawab 7 karena suka angka tersebut. Saya tau itu salah dan nilai menjadi -1, tapi tetap dijawab 7. Kesalahan-kesalahan seperti inilah yang sedang dicari, ditulis, lalu ditinggalkan! Kenapa? karena akan ingat dalam jangka waktu lama dengan menuliskannya.

Sampai detik ini, hanya bisa berusaha memperbaiki diri agar mampu kembali merasa dekat dengan Tuhan. Rasanya, komunikasi dengan Tuhan bukan hanya melalui doa. Berkomunikasi dengan Tuhan melalui meningkatkan intensitas berdoa (kekuatan orang islam ada pada doanya), istiqomah & meningkatkan ibadah, belajar dan menjauhi munkar. Jika di google banyak artikel cara cepat mendapatkan uang, saya juga mau kalau ada cara cepat mendekati Tuhan. Kalaupun butuh waktu, saya sangat menghargai sebuah proses dan saya tidak mau gagal dan tidak akan pernah menyerah untuk berbuat baik agar semakin dekat dengannya.

Itulah kenapa, saya masih malu dengan background jurusan Ilmu Komunikasi.

Thanks God!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

6 Pertanyaan Muhasabah Imam Ghazali

Pertanyaan ini disampaikan oleh Imam Ghazali kepada siswa-siswanya dan semua jawaban siswanya benar tetapi kurang tepat bagi Imam Ghazali, pertanyaan tersebut adalah: 1. Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini? Kematian dalam Q.S Ali Imran: 185 "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. kehidupan di dunia hayalah kesenangan yang memperdaya." Kenapa kematian? karena kita tak ada yang tahu, kapan kita mati. Entah  5 menit lagi, 10 menit lagi..kapanpun itu. 2. Apa yang paling jauh dengan kita di dunia ini? Masa Lalu karena kembali ke masa lalu adalah sesuatu yang tidak mungkin kecuali dengan laci nobita dan mesin waktu Doraemon. 3. Apa yang paling besar di dunia ini? Hawa Nafsu Sama halnya dengan teori permintaan dan penawaran. demand akan selalu naik karena kebutuhan manusia ...