Sebelumnya, maaf saya dalam kondisi marah ketika menulis
kisah ini. Ini bukan kisah saya, tetapi kisah hidup seorang yang selalu bersama
saya 3 tahun lebih.
“Pulang dari Jakarta, aku gak mau dengar ada bencana alam
atau badai di Malang.” pesan saya kepada dua teman dekat saya Jumat 25 Oktober
sebelum saya berangkat ke Jakarta. Pasalnya, saya berangkat meninggalkan keduanya
dalam kondisi yang sedang dalam carut marut dimata saya. Anggap saja teman saya
si A dan si B. Pertama, beberapa hari sebelum keberangkatan A bilang ke saya
kalau pacarnya mau pindah dan tinggal di Malang. Masalahnya? Dari awal A
pacaran dengan lelaki ini kami berdua memang kurang setuju, bukan karena
apa-apa, ini karena urusan agama. Dilain sisi, ketika pacarnya ke Malang, A
selalu menghilang tanpa jejak tanpa kabar yang saya takutkan kalau saya gak di
Malang dua minggu dan dua teman saya ini gak ngumpul sama sekali gak
berhubungan sama sekali karena sama-sama sibuk. Kalau saya kan pengangguran,
sempetlah buat ngajak maen keduanya. Itu semua kondisi carut marut pertama yang
saya maksudkan. Kondisi carut marut kedua adalah hubungan si B dengan pacarnya.
Kalau si A sedang masa bahagia dengan pacarnya meskipun tidak direstui banyak
pihak, si B kebalikannya. Dia sedang dalam masa kritis dengan pacarnya.
Saya tipe teman yang terbuka, frontal, blak-blakan, jujur, tapi jaga perasaan temen (kadang-kadang). Kami saling terbuka dan A tahu bagaimana kami dengan pacarnya, saya dengan pacarnya B, pacar B dengan pacar A, dan sebaliknya, begitupula semua penjelasan diatas kenapa saya memberi pesan ke Mereka.
Wait! Ini saya diantara dua teman yang keduanya pacaran dan
dengan jumawanya saya membahas pacar mereka. Seolah saya gak ada masalah dengan
pacar. Nah nah, saya yang selalu bertahan buat single diantara mereka yang gak
pernah single. Saya gak butuh pacar sih, jujur aja. Saya cukup gentle kok buat jaga diri. Iya, karena
gak laku juga sih, kan saya gak dijual. Prinsip aja, gak mau pacaran sampai
ketemu di pernikahan *eaaa Ã
Ini Cuma selingan hahahaha
Lanjuts, Maksud dari pesan saya adalah, saya gak mau dengar kalau A gak maen sama B Cuma karena ada pacar A. Lebih-lebih, bencana alam yang gak mau saya dengar adalah putusnya B dengan pacarnya. Saya kenal baik si B dan cukup kenal dengan pacarnya.
Kepulangan,
Kabarnya, A dan B gak pernah ketemu sama sekali dan ngumpul (biasanya tiap malam minggu kami tidur bareng sambil curhat dan makan eskrim). Antara Alhamdulillah dan sedih B malah putus setelah saya sampai di Jakarta. Ternyata wejangan saya sebelum berangkat gak mempan. Alhamdulillah dan sedihnya kenapa, nanti saya ceritakan. Sudah cukup membahas A karena sudah jelas kami kurang menyetujui hubungannya dengan lelaki itu. Kali ini saya membahas si B.
Dari sudut pandang saya, hanya orang pandai nyepik yang bisa menaklukkan hati si B. *terbukti* Hanya orang yang ngerti gengsi yang bisa menaklukkan hati si B. *terbukti* Hanya orang sabar yang bisa menaklukkan hati si B *terbukti* Terbukti karena semua sifat itu dimiliki pacarnya. Menurut hemat saya waktu itu, B dan pacarnya sudah pantas karena mereka saling melengkapi.
Faktanya, B diputuskan oleh lelaki itu lewat sebuah pesan.
Bagi saya saat ini, hanya orang dungu berotak keledai yang meninggalkan wanita
sehebat teman saya ini. Bukan karena pembelaan karena saya teman dekatnya, saya
sama-sama mengenal lelaki ini dengan cukup baik. Sekenal-kenalnya lelaki ini
dengan B, saya rasa saya lebih kenal B daripada dia kenal B.
Dia banyak mengeluh dengan saya si B gak sabaran, cemburuan, suudzon, pesimis, suka ngasih judge tertentu. Iya, bener. Definitely he’s right about everything. Saya membenarkan kalau B punya ke lima sifat itu. Pun saya, saya memiliki kelimanya. Sejauh ini saya setuju dengan 5 sifat buruk si B yang memang menjengkelkan itu.
“Sekalinya seseorang berbuat salah, maka seolah-olah kebaikannya hilang karena satu kesalahannya.”
Tapi saya lebih percaya dengan kalimat diatas. 3 tahun lebih saya bersama si B. Dibilang saya paham si B, enggak juga, masih sering gagal paham, masih sering saling jengkel. Dari 5 kekurangan yang paling sering saya dengar dia lebih sering berbuat baik dengan saya. Saat saya sakit, siapa yang mengantar bubur ke kosan? Ketika saya gak punya uang, siapa yang meminjami? Ketika saya gak punya teman dikampus, siapa yang menemani? Ketika saya butuh tempat pelampiasan marah, siapa yang saya marahi? Semuanya memang hal gak penting, tapi cukup bermakna buat saya kalau seandainya tak ada orang yang menempati posisinya. Oh, jadi alasannya adalah konteks pertemanan antara saya dengan B berbeda dengan pacaran? Apa yang membuat sifatnya beda memperlakukan teman dan pacar? Setau saya dia lebih peduli sama pacarnya daripada sama saya dan si A. secara waktu memang lebih banyak untuk kami, tetapi secara kualitas, bolehlah dibandingkan. Pertanyaan saya, kurang baik apa dia sama kamu? Kurang baik apa si B dengan pacarnya? Saya rasa, saking banyaknya kebaikan B gak bisa disebutin satu-satu dan seharusnya lebih banyak dari 5 kekurangannya itu.
Em, saya balik sekarang. 4 dari 5 hal itu sebenarnya ada semua di lelaki itu. Cemburuan, belakangan saya tahu alasan hancurnya hubungan keduanya adalah karena ada seorang wanita provokator yang mengadu domba. Katanya si B hobi ngegodain pacar si provokator. Oh maaaan, saya tau banget antara B dan pacar provokator itu kondisinya gak ada apa-apa saat itu (gimana gak tahu orang makan, ngampus, organisasi bareng mulu dari mahasiswa baru sampe bangkotan, kecuali tahun ini) dan hellooo, ini cerita klasik! Udah basi jadi bubur dan dibuang. Suudzon, awalnya saya gak pernah memikirkan kalau lelaki ini bisa suudzon sama orang lain, apalagi sama pacarnya. Pesimis, statementnya “Aku ragu.” Dan terakhir gak sabaran. Iya! Lelaki ini gak sabaran banget. Kenapa gak sabaran? Saya pernah mengalami semua fase yang ia ceritakan pada saya. Saya pernah mengalami fase dimana dia menjadi wanita yang hobi nyantol disetiap ada orang yang dikenal, fase cemburunya ke pacar pertama dan saya membuktikan bahwa cemburunya ini benar-benar rasional. Saya membuktikan sendiri sampai saya khusus ke Jakarta untuk membuktikannya. Ga penting sih keliatannya, lebay sih sepertinya. Bagi saya penting karena bagi si B ini penting! Fase terakhir yang paling saya inget ia keluhkan adalah B sering memberi judge tertentu. Dikira saya gak pernah ngerasa apa. Bahkan dulu sempet saya posting di blog saking bencinya saya di judge sama anak ini (si B ). Udah saya hapus sih postingnya. Saya pernah melalui semuanya. Dan menurut saya ini sebanding dengan kebaikannya pada saya. Sekali lagi, saya percaya “Sekalinya seseorang berbuat salah, maka seolah-olah kebaikannya hilang karena satu kesalahannya.” Makanya, saya selalu membuat kebalikan kalimat itu,
“Ketika ia berbuat salah, maka yang harus saya ingat adalah
semua kebaikan yang pernah ia lakukan.”
Ini kenapa saya bilang kalau lelaki ini gak sabaran. Seandainya ia sabar, bukankan seharusnya ia bisa menikmati betapa biasanya sifat buruk dimiliki oleh semua manusia. Mau bilang “Iya, aku emang gak sabaran.” Saranku jangan berani-berani pacaran dengan sangat PD seperti yang kamu tunjukkan ke teman saya ini!!! Kalah gentle sama aku!
Saya benar-benar geram dan marah, merasa ditipu olehnya selama ini. Tapi tenang saja, setelah marah semuanya selesai. Saya professional untuk urusan menjadi teman mantan siapapun apalagi urusan di organisasi. InsyaAllah gak dibawa ke organisasi. Lagipula saya yakin, dia akan menyesal pernah membuat si B menderita begitu.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya sedih dan Alhamdulillah. Sedih karena, saya tidak ada disamping B saat ia diputus oleh pacarnya. Saya hanya bisa mendengar ceritanya saat tangannya panas dingin dan ia menangis dua hari. Saya yakin itu hari-hari yang berat bagi teman saya, karena saya sendiri pernah mengalami hari yang lebih buruk daripada teman saya B ketika Ferdy menikah. Dunia seisinya runtuh beserta iman saya yang runtuh saat itu. Saya sangat menyesal gak bisa jadi teman si B saat itu, lebih kesel karena si A gak nemenin si B juga. Alhamdulillah, saya yakin setiap ujian ada makna dibaliknya. Mungkin ini sebuah pelajaran bagi B supaya gak nerima sembarangan lelaki sebaik apapun dia. Lebih Alhamdulillah lagi adalah karena putusnya mereka berdua mengurangi intensitas “mendekati zina”nya teman saya, hehe. Saya sangat yakin ada makna dibalik ujian ini, meskipun sekarang belum bisa dirasakan. Ujian terberat saya sudah usai, sekarang saya bersyukur karena ujian itu. 7 tahun lebih cinta buta benar-benar menutup mata saya, membutakan mata dan hati. Sekarang bahagia karena akhirnya tak ada tahun kedelapan dan tahun kesembilan hehe. Kerenkan saya, bisa 7 tahun lebih dibutakan cinta padahal kami gak pacaran. Mulai dari satu sekolah, sampai beda sekolah beda kota beda provinsi tapi tetep utuh cinta saya *kibas poni* Ã selingan lagi.
Doa saya, semoga ini menjadi pacaran terakhir teman saya. Biarlah banyak lelaki yang menyukainya, apalah artinya jika hanya dikotori lelaki yang benar-benar mencintainya tetapi bukan untuk akhirat tujuannya. Kalopun dia mau pacaran lagi, semoga ada malaikat yang membisikinya untuk selalu menjaga hatinya. Saya mah, nyate aja. Meskipun jumlah lelaki lebih sedikit, saya yakin ada satu khusus untuk saya yang akan membawa ke surga *eaaa dan pasti kebagian kok. Kan, Allah gak pernah salah dalam menghitung dan membagikan rejekinya *sok wise*.
Tapi iya, sumpah deh. Daripada saya marah-marah gak penting gini buat lelaki bego yang memutuskan teman saya ini, mending temen saya gak usah pacaran daripada bikin khawatir hahahah.... tapi sekali lagi, hidupnya berarti pilihannya. Tugas saya hanya berbuat baik dan mengingatkannya saja. Meskipun lebih sering jutek sama dia :D
Oke, buat lelaki yang barusan mutusin si B, selamat karena
saya tipe orang yang frontal dan jujur, kamu bener-bener bodoh dan dibutakan
oleh wanita yang belum tentu sebaik B. Urusan ini bolehlah saya marah, tapi
selanjutnya, urusan organisasi dan pertemanan kita, saya gak mau ngelepasin
begitu saja hahahah. Kamu masih harus bertanggungjawab dengan urusan-urusan
tiga bulan kedepan!
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar disini :)