Langsung ke konten utama

Perhatian

entah kenapa, setelah beberapa hari di rumah, saya merasa tidak betah.

sudah kangen malang dan pengen balik ke malang lagi. saya rasa yang saya tidak hanya butuh keberadaan keluarga saya,
keberadaan dan kebersamaan bisa saya jangkau dengan telepon atau sms. saya punya banyak gratisan, toh mas saya juragan pulsa.
yang saya butuhkan lebih dari sekedar keberadaan dan dianggapnya saya dikeluarga ini, saya tidak ingin dimanja seperti adik saya, yang saya minta tidak muluk muluk, saya di perhatikan saja.

saya juga tidak butuh sanjungan saya pinter hanya gara-gara beasiswa, saya rasa itu karena keberuntungan saja.

sekali lagi, saya hanya membutuhkan keadilan. disini status saya juga seorang anak. kenapa yang di perhatikan hanya adik dan mbak saya? kenapa saya termasuk ke dalam daftar skip?
apakah hanya mbak lebih rajin?

tapi toh adik lebih males drpada saya..tapi kenapa adik juga diperhatikan?
lagipula, jadi males pintar dan bodohnya saya juga karena siapa? didikan ortu kan?

kita sama sama perempuan
ato jangan jangan karena kedua mbak dan adik saya perempuan feminim sedangkan saya tidak tau caranya feminim??

entahlah. yang jelas, saat ini saya memikirkan tidak akan pulag lagi selama satu semester kedepan kecuali terdesak. titik.

maaf.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa pro...