Langsung ke konten utama

Dear My (Future) Husband

Dear My (Future) Husband,

Kalau ditanya tentang apa yang paling membuatku penasaran di dunia ini, jawabannya adalah kamu.

Aku penasaran bagaimana wajahmu, setebal apa alismu, seteduh apa tatapanmu, sehangat apa genggamanmu, senyaman apa dekapanmu, selembut apa kecupanmu, dan bagaimana rasanya bersandar di bahumu. Aku penasaran sebanyak apa kesabaran yang kamu punya untuk menghadapiku.

Aku penasaran apa yang kurasakan ketika suatu hari nanti melihatmu menjabat tangan ayah untuk mengucapkan ijab kabul atas namaku, ketika suatu hari nanti aku berbagi ranjang denganmu, ketika suatu hari nanti aku mengandung dan melahirkan buah hatimu. Aku penasaran apa yang kurasakan ketika suatu hari nanti identitasku secara personal luntur, terganti dengan identitas baru, sebagai istri serta ibu dari putra-putrimu.

Selain itu, aku penasaran apa pekerjaanmu. Apa kamu bekerja di tempat yang sangat jauh hingga aku harus menahan rindu karena kita terpisah oleh jarak untuk sementara waktu. Atau mungkin pekerjaanmu akan menuntut konsentrasi penuh hingga adakalanya aku dan anak-anak merasa diacuhkan atau tidak dipedulikan. Atau mungkin juga kamu akan bekerja dari pagi sampai sore dan tidak jarang lembur sampai malam hingga tidak banyak waktumu yang tersisa untuk keluarga.

Lalu aku penasaran apa aku bisa meredakan amarahmu. Apa aku bisa membuat makanan yang lezat untukmu. Apa aku bisa menjadi pendengar yang baik untukmu. Apa aku bisa sabar dan kuat untuk selalu mendampingimu tanpa pernah merasa jenuh. Apa aku bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarga kecilku.

Aku juga penasaran seperti apa wajah anak-anak kita. Setampan apa jagoanmu. Semanis apa putri kecilku. Oh iya, kira-kira ada berapa ya jumlah mereka? Apa nanti rumah kita akan diwarnai oleh tawa dari tiga anak laki-laki yang sedang menjahili adik bungsu perempuannya? Aku sunggguh penasaran dengan semua itu.

Membaca ulang tulisan di atas sepertinya rasa penasaranku terlalu jauh. Harusnya aku mendahulukan rasa penasaran yang terdekat.

Aku penasaran siapa namamu. Kamu yang sudah dipersiapkan Tuhan untuk menjadi imamku.

Love,
Your (Future) Wife


Notes:
Tulisan favorit saya dari dulu sampai hari ini yang ditulis oleh Raudha -teman sekelas saat kuliah- (http://raudhasalsabila.blogspot.co.id/2014/02/day-23-dear-my-future-husband_23.html)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

6 Pertanyaan Muhasabah Imam Ghazali

Pertanyaan ini disampaikan oleh Imam Ghazali kepada siswa-siswanya dan semua jawaban siswanya benar tetapi kurang tepat bagi Imam Ghazali, pertanyaan tersebut adalah: 1. Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini? Kematian dalam Q.S Ali Imran: 185 "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. kehidupan di dunia hayalah kesenangan yang memperdaya." Kenapa kematian? karena kita tak ada yang tahu, kapan kita mati. Entah  5 menit lagi, 10 menit lagi..kapanpun itu. 2. Apa yang paling jauh dengan kita di dunia ini? Masa Lalu karena kembali ke masa lalu adalah sesuatu yang tidak mungkin kecuali dengan laci nobita dan mesin waktu Doraemon. 3. Apa yang paling besar di dunia ini? Hawa Nafsu Sama halnya dengan teori permintaan dan penawaran. demand akan selalu naik karena kebutuhan manusia ...