Langsung ke konten utama

"Groen" Generasi

Sebelumnya, saya mau mengucapkan selamat Idul Adha.


Guys, Lebaran Idul Adha tahun ini saya memang sengaja gak pulang ke Solo, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Meskipun tahun ini kuliah hanya seminggu sekali, kalaupun pulang tak akan ada masalah. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, saya sholat di kampus bareng teman-teman yang enggak pulang.

Kampus saya? Ini lho kampus dengan pemandangan luar biasa, Universita Brawijaya





Saya kurang bahagia disetiap lebaran seperti ini. Bukan karena lebaran jauh dari rumah, melainkan karena sampah! Sampah yang ditinggalkan oleh jamaah, yang kebanyakan pemuda dan mahasiswa kampus. Selesai shalat, sampah-sampah kertas bertebaran disepanjang jalan dan lapangan rektorat UB. Katanya, "Kebersihan sebagian dari iman."

Ini potret diri bagi saya!


Ini kah kampus oang-orang Malang yang sangat dibanggakan itu? Katanya Malang sebagai noiminator Menuju Indonesia Hijau (MIH) , tapi begini masyarakatnya! MIH adalah salah satu upaya KLH untuk menurunkan laju deforestasi dan lahan kritis. Kalau masyarakatnya gak sadar? Ya harus ada sosialisasi!

Ketika melihat sampah-sampah di kampus yang saya banggakan ini, saya tidak bangga dengan perilaku civitas nya. Maka, sebagai seorang pemuda, seorang intelek, seorang mahasiswa, dan masyarakat yang sadar lingkungan, dan orang Malang, maka saya merasa harus menyadarkan semua orang Indonesia, bahwa hal sekecil sampah bisa menghancurkan prestis kita --Bangsa Indonesia-- hingga segala julukan Indonesia ikut luntur.


Sebelum berkunjung ke suatu tempat ramai, maka siapkanlah. Sebelum lebaran, maka siap lah menjadi agen perubahan yang mampu menjadi teladan, cukup dengan mengantungi kembali sampah yang dibawa. Is that difficult? Saya yakin hanya pecundang yang mengatakan SULIT. Membuat sampah saja bisa, kenapa membuangnya di tempat yang seharusnya tidak bisa?



Jangan jadikan sesuatu yang mudah terlihat susah, guys! Begitupun menjadi generasi hijau. Gaya hidup hijau pun tak susah, hanya butuh #action . Menjadi pemuda pelopor #greenliving juga mudah, hanya butuh #keberanian.
Menjadi masyarakat Malang yang bangga dengan MIH, kenapa tidak? kita cukup mendukung BLH dan pemerintah untuk tetep hidup hijau, bersepeda santai, jalan kaki, olah raga, buang sampah pada tempatnya, dan semua hal kecil yang bisa kita lakukan baik di rumah maupun di kosan.

dan jadilah "Groen" Generasi. 



*Groen berarti hijau


nima

Komentar

  1. Kok jauh banget kuliahnya mbak di Malang? Kan di solo, semarang, dan jogja juga banyak kampus hehe :)

    BalasHapus
  2. Kalau belum merantau belum ngrasain jadi mahasiswa mbak :)

    BalasHapus
  3. waah mbak tuh kuliah di UB yaa??
    aku mampir kesana loh waktu mau ke semeru,,nginepnya di sekitaran jln gajayana :))
    pengeen ke malang lagi :))
    salam EPICENTRUM

    BalasHapus
  4. Lho deket sama kosanku itu mah :D
    Iya sini sini....banyak banget yg pengen kemalang gegara gunung nih hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini :)

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa pro...