10 November 2012
Hari ini memang hari pahlawan, tetapi di bulan ini bukan
hanya menjadi bulan perjuangan para pahlawan tetapi juga menjadi bulan
perjuangan bagi para aktivis. Kenapa demikian? Karena ternyata bulan Desember
adalah bulan Pemilihan, baik pemilihan raya Universitas maupun pemilihan
mahasiswa tingkat fakultas. Karena itulah saya menyebutnya dengan bulan
perjuangan.
Kalau katanya mahasiswa, para aktivis politik kampus sedang sibuk mempersiapkan strategi pemenangan dan
calon, saya justru sibuk mempersiapkan diri untuk segera melarikan diri dari
aktivitas itu. Kalau bisa dan kalau saja Allah mengijinkan, rasanya saya pengen
menskip bulan November dan desember. Dua bulan inilah bulan-bulan yang paling
aaww suppeerrr, #AlaFranky. Entah sejak hari apa tanggal berapa bulan apa, saya
menjadi sangat amat sensi sekali dengan yang namanya politik kampus.
Ya, sejarahnya jelas, yakni ketika saya menjadi panitia
pemilwa dan sedikit banyak paham tentang permusuhan yang terjadi. Dan tolong di
beri tanda merah, di capslock juga boleh, yang saya pahami saat itu adalah
tentang permusuhan yang terjadi. Dua bulan bayangkan, saya merasakan permusuhan
dengan teman-teman saya, bahkan dengan teman terdekat saya. Tahun lalu sudah
pernah saya posting juga tentang keadaan saya dan teman saya yangterjadi ketika
Pemilwa berlangsung. Mungkin semenjak itulah, saya sangat malas dan tidak ingin
melewati dua bulan ini, apalagi mendengar urusan politik.
Benar kata salah seorang teman saya di twitter tadi, tapi
saya lupa yang posting siapa, bahwa semua orang bisa jadi pahlawan. Meskipun
saya bukan pahlawan, tetapi selama 2 bulan itu saya benar-benar berjuang tanpa seseorang
yang mendampingi saya menyelesaikan beberapa masalah. Bahkan tempat untuk
bercerita tentang kesedihan saya selama menjadi panitia.
Tekanannya sungguh luar biasa karena saya merasa
dipermainkan juga waktu itu. Dan ujung dari perjuangan saya yang bertahan
selama dua bulan buktinya adalah, saya masih hidup sampai sekarang hahahahaa...
Maka di bulan ini, dan bulan kedepannya hingga saya berhasil
melarikan diri dari tekanan-tekanan tertentu, saya benar-benar membenci
orang-orang yang berusaha menghancurkan kembali pertemanan yang sudah saya
perbaiki kembali. Sebenarnya sayaa tidak ingin menambah daftar nama orang yang
saya benci, tetapi mesti adaaaa aja orang yang membuat saya benar-benar
jengkel.
Bahkan, yang lebih menyakitkan lagi adalah, Orang yang dari
dulu membela keputusan saya sebelum pemilwa tahun lalu, kini sudah menjadi
orang yang justru mempersuasi saya. Dia bukan lagi teman yang membela keputusan
saya. Bukan. Padahal, saya sangat menghormatinya karena saya dibesarkan
olehnya. Justru bukan pengalaman menyenangkan yang saya dapatkan tapi justru
kehilangan orang yang saya hormati.
Berangkat dari kehilangan itulah saya juga mulai kehilangan
rasa hormat saya terhadapnya. Bahkan, dia bukan lagi orang yang bisa saya
mintai tolong untuk berlindung.
Sejak akhir bulan kemarin, sudah tercium aroma menjengkelkan
darinya. Seolah saya merasakan dialah yang akan kembali menghancurkan
pertemanan saya. Berbulan-bulan saya berusaha menghilangkan rasa tidak senang
dan kesal. Belum lama sembuh, sudah ada lagi yang mau merusaknya.
Sebenarnya, bukannya saya benci dengan politik kampus yang
menyebabkan saya demikian, tetapi sejujurnya kalau boleh mengaku, saya amat
sangat membenci politik kampus. Biarlah saya dibilang orang saya mahasiswa
apatis, saya mahasiswa nakal, bahkan saya bukan mahasiswa, toh buktinya saya
kuliah dan jadi mahasiswa haha *plaakk, pokoknya saya sudah gak lagi peduli.
Karena saat ini, saat ini, dan sampai kedepannya, yang saya
butuhkan adalah teman baik, teman yang bukan hanya sekedar teman kenal, tetapi
teman baik yang mampu menolong masa depan saya untuk menjadi seorang manager
marketing ketika teman-teman saya menjadi orang sukses.
Jadi saya mohon, jangan lagi ambil dan beli ideology
teman-teman saya dengan berbagai jabatan yang memunculkan permusuhan antara
saya dengan teman saya lagi. Karena sepertinya, kebencian saya sudah tak bisa
lagi ditolong dengan cara apapun. Buktinya, sampai sekarang belum ada yang bisa
membuat saya yakin.
Biarkan saya hidup tenang dengan teman saya ini barang
sebentar saja. Saya sudah cukup berusaha keras untuk memaafkan semua orang
termasuk memaafkan diri saya sendiri. Sudah cukup!
nima
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar disini :)