Langsung ke konten utama

Tugas Uas Desember

Nasib menjadi mahasiswa FISIP, sebelum UTS dan sebelum UAS mesti:

1. Banyak paper
2. Banyak presentasi
3. Banyak butuh uang/pengeluaran
4. Banyak cucian
5. Sering sakit

Bagi saya, yang mahasiswa tua mahasiswa semester 5, sudah biasa ngerjain banyak paper, banyak presentasi...tapi yang sampai saat ini selalu membuat saya lebih khawatir di setiap bulan Desember adalah banyak pengeluaran. sudah desember itu bulan terakhir, hidup cuma dari duit beasiswa, beasiswa juga bulan terakhir, arrrrgggg...

gimana enggak abis duitnya, mending kalau tugasnya cuma paper, kalau sudah presentasi ini...wadoooh, mesti kudu keluar duit yang harusnya bisa buat makan 3- 4 hari. presentasi itu membutuhkan dresscode (ininih yang bikin mahaaal), media, dll.

Nah, kalau matakuliah macam Social Marketing, Management Periklanan, dan sejenis matkul komunikasi bisnis, masih bisa saya toleransi buat pengeluarannya. ini ada yang paling gak logis sodara sodara...matkul APLIKOM yang diampu sama dosen impor Yusi Tyroni Mursityo presentasinya udah mendekati matkul kombis sama PR, pake dresscode pula...totalitasnya luar biasa =.="


sore jam 17.00 sebelum kuliah, saya gesek atm untuk terakhir kali bulan ini (karna udah abis), dan itu juga sudah kepakeee >.<
padahal niatnya, duit terakhir mau buat pulang....

ujung ujungnya, saya minta dikirimi sama si abang (selalu saja orang ini yg dimintai tolong) cuma buat transport pulang ke semarang. T_T 
sebenranya maluuuuu, ya tapi mau gimana lagi, gak pulang kok ya disini sama aja gak punya uang, pulang kok ya gak ada uang....

trus masalah sering sakit, sebenarnya sih ini bukan akibat UAS atau UTS, tapi karena cuaca, dan cuaca di Bulan desember selalu saja seperti ini. Hujan angin disertai badai menerpa tanpa ada petir tapi ada gluduk *tsaaah


enggak, sih....sebenernya posting ini cuma pengen curhat doang. habisnya gak ngerti kudu bagaimana.

tapi, sejauh ini...apapun yang terjadi, baik di matakuliah aplikom barusan, atau matkul lain yang merajalela tugasnya...saya masih menikmatinya...mumpung masih berstatus mahasiswa....

dan semoga, saya juga masih ketemu lagi sama dosen-dosen impor yang selama ini ngajar di kelas. apasih...

intinya, saya cuma pengen cerita itu aja....hahahaha *plaak*

Komentar

  1. Semangat mbak... Mudah-mudahan segera ada jalan keluar... :)

    BalasHapus
  2. somehow.. ini related sama saya... :|

    BalasHapus
  3. wew... jadi ingat adik kos saya yang mahaiswa komunikasi itu... prasaan mata pandanya dari semester satu ame skarang gak ilang2 juga... ngerjain tugas muu ali yah tiap malam :)


    semangat yah,,,, jangan patah semangat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha....iye kali ye...padahal tugas ya gitu gitu aje >.<

      Hapus
  4. anak komunikasi ya?! anak komunikasi mana?
    biasa bikin tulisan berlembar-lembar donk?
    andai tugas itu seperti ngeblog ya, kan jadi enak ngerjainnya *apalagi kalo pas skripsi*
    [--"]

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa...di brawijaya :D
      kayaknya semua mahasiswa biasa deh alo tulisan berlembar lembar -____-"
      lha iniii...ini setuju...tiap hari mah bisa nikmat ngetik :D

      Hapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini :)

Postingan populer dari blog ini

Jalan Keluar Itu Sederhana

Ketika kemarin dan beberapa hari lalu saya terbelit masalah gak penting dan beberapa kali membuat napas saya sentik sentik (susah dijelaskan dengan kata kata, dan intinya saya gak bisa menjelaskan betapa terpuruknya saya kemarin-kemarin) seperti yang saya posting kemarin di PURUK . Dosen saya pernah mengatakan bahwa Komunikasi lah yang mampu menyelesaikan masalah, tetapi Komunikasi juga yang menyebabkan masalah. Bukannya mentang-mentang saya mahasiswa ilmu komunikasi, saya mahasiswa ilmu komunikasi saja mengalami gagal komunikasi, apalagi yang mahasiswa teknik -____-

PURUK

Sampai saat ini saya hanya bisa meraba-raba. Meraba-raba bahwa sebenarnya saya adalah korban. Saya adalah korban bagi saya dan dua teman saya. Dua teman saya saja dan sisanya tidak. Sisanya tidak karena mereka menganggap saya bukan korban. Bukan korban melainkan tersangka. Tersangka yang menghancurkan strategi. Strategi pemenangan pemilwa. Pemilwa busuk yang terjadi di kampus. Kampus yang penuh prejudice . Prejudice yang mengatakan bahwa saya adalah sebuah penghalang. Sebuah penghalang yang keras. Keras dan batu. Batu yang belum bisa dihancurkan. Belum bisa dihancurkan saat ini. Saat ini mereka mengibarkan bendera perang. Bendera perang melawan saya. Saya yang tahu bahwa saya sangat benci dengan politik. Politik yang membuat saya memiliki banyak musuh. Banyak musuh dan kehilangan teman. Teman yang menganggap saya benci politik karena teman pemilwa tahun lalu. Tahun lalu, tahun keterpurukan. Puruk yang membuat saya takut. Saya takut kehilangan teman. Teman-teman yang saat ini menduku...

Catatan Melahirkan

  Anindita Nadine Hafa. Dihadapkan pada situasi harus memilih melahirkan dengan metode SC atau induksi karena berat badan bayi di USG 3,2 di minggu 39. Prediksi di minggu 40 adalah 3,5. Sungguh besar untuk anak pertama. Sedangkan aku ingin melahirkan dengan normal. Selama ini berusaha agar bisa melahirkan dengan normal karena khawatir tidak bisa menjaga anak dengan kondisi pasca SC, mengingat aku harus merawat anak sendiri tanpa bantuan orang tua maupun baby sitter (belum punya). Namun, sejak masuk usia kandungan 9 bulan gak bisa jalan karena kaki kiri sakit. Tidak bisa jalan selama satu bulan, untung diijinkan WFH. Karena ada kondisi tersebut, kakak-kakak ipar merekomendasikan SC. Selama beberapa hari kepikiran, hari Senin berencana induksi jika tidak terjadi kontraksi. Sabtu malam, sembari nunggu Bayu pulang praktek di rumah mama mertua, kakak ipar merekomendasikan SC Eracs ala artis yg katanya painless dan cepat pulih. Sampai kakak ipar cek ke dokter di RS Siloam apakah bisa pro...